Menyusuri Lima Pura Kahyangan Jagat di Kabupaten Badung
MANGUPURA, MEDIABADUNG.COM – Bali, yang akrab disebut Pulau Seribu Pura atau Pulau Dewata, memang identik dengan keberadaan pura-pura yang menjadi simbol keagamaan sekaligus daya tarik budaya. Tak hanya menjadi tempat suci umat Hindu, pura juga menjadi ikon yang melekat erat dengan kehidupan masyarakat Bali.
Pura di Bali terbagi dalam dua fungsi utama: pura jagat yang menjadi tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa, serta pura kawitan yang difungsikan sebagai tempat penghormatan leluhur. Beberapa pura yang telah dikenal luas meliputi Pura Besakih, Pura Uluwatu, hingga Pura Ulun Danu Beratan.
Di Kabupaten Badung sendiri, terdapat sejumlah pura terkenal yang masuk dalam kategori Pura Kahyangan Jagat, yaitu pura yang disakralkan oleh seluruh umat Hindu di Bali. Berikut lima pura Kahyangan Jagat yang tersebar di Badung, mulai dari utara hingga selatan.
1. Pura Ulun Swi Jimbaran
Terletak di Banjar Menega, Desa Adat Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Pura Ulun Swi Jimbaran berdiri strategis di depan Pasar Jimbaran. Pura ini diyakini dibangun oleh Empu Kuturan bersamaan dengan pendirian pura-pura Sad Kahyangan lainnya di Bali. Lokasinya yang dahulu berada di tengah hutan luas menjadi asal mula nama Jimbaran.
Pura ini menyimpan artefak berharga seperti tiga arca Dewata Nawa Sanga dan bejana tembaga untuk tempat Tirta yang hanya dikeluarkan saat upacara keagamaan. Keunikan tersebut menjadikan Pura Ulun Swi Jimbaran sebagai bagian penting sejarah dan budaya Bali.
2. Pura Batu Bolong
Pura Batu Bolong di Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara, dikenal sebagai tempat pemujaan saat perayaan Melasti menjelang Hari Nyepi. Terletak di kawasan yang menjadi destinasi wisata internasional, pura ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menarik perhatian wisatawan.
Kawasan luar pura sering dikunjungi pelancong untuk menikmati atmosfer spiritual serta keindahan alam sekitar Canggu yang kian populer di kalangan wisatawan mancanegara.
3. Pura Purusada Kapal
Pura yang terletak di Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, ini memiliki ciri khas arsitektur yang menggunakan batu bata sebagai bahan utama. Nama Purusada diambil dari palinggih di utama mandala pura, yaitu Prasada. Karena keunikannya, pura ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya.
Legenda menyebutkan bahwa Ki Kebo Iwa, seorang patih dari Bali, mengutuk warga Desa Kapal untuk tidak menggunakan batu bata merah dan kayu jati setelah bahan tersebut dicuri saat restorasi pura. Pantangan ini dipercaya membawa dampak buruk bagi pelanggarnya, sehingga cerita tersebut menambah daya tarik Pura Purusada.
4. Pura Taman Ayun
Terletak di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Pura Taman Ayun telah diakui UNESCO sebagai situs warisan budaya dunia sejak 2012. Dibangun pada tahun 1634 M oleh Raja Mengwi I Gusti Agung Putu, pura ini menjadi tempat pemujaan leluhur kerajaan.
Keindahan pura ini terletak pada kolam besar yang mengelilingi pura, taman-taman yang tertata rapi, serta arsitektur gapura yang megah. Kawasan luar pura dilengkapi fasilitas untuk memamerkan seni dan sejarah Kerajaan Mengwi, menjadikannya destinasi yang tak hanya religius tetapi juga edukatif.
5. Pura Pucak Mangu
Berdiri di Gunung Mangu, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Pura Pucak Mangu menjadi tempat sakral sekaligus tujuan pendakian. Gunung setinggi 2.096 meter di atas permukaan laut ini menawarkan panorama hutan hijau dan pemandangan Danau Beratan yang memukau.
Sejarah mencatat bahwa I Gusti Agung Putu, pendiri Kerajaan Mengwi, melakukan tapa brata di Pura Pucak Mangu sebelum mendapatkan anugerah kekuasaan. Kini, pura ini menjadi tujuan spiritual sekaligus wisata alam yang menarik banyak pecinta pendakian.
Kelima pura ini tidak hanya menjadi tempat pemujaan bagi umat Hindu, tetapi juga menyimpan cerita, tradisi, dan keindahan yang mencerminkan kekayaan budaya Bali. Melalui pura-pura ini, wisatawan dapat merasakan harmoni antara spiritualitas dan alam yang menjadikan Bali begitu istimewa. ***