Jelang HUT ke-24, Laskar Bali Shanti Awali Donor Darah, Puncak Diisi Sembahyang Bersama
DENPASAR, MEDIABADUNG.COM –
Memasuki usianya yang ke-24, organisasi masyarakat Laskar Bali Shanti (LBS) menandainya dengan serangkaian kegiatan yang berfokus pada kemanusiaan dan spiritualitas.
Rangkaian acara yang melibatkan seluruh Dewan Pengurus Cabang (DPC) se-Bali dan Banyuwangi ini akan berpuncak pada 23 Oktober 2025 mendatang.
Sekretaris Panitia, Nyoman Giriawan, menjelaskan bahwa aksi donor darah menjadi pembuka rangkaian acara.
Kegiatan ini sukses menghimpun ribuan pendonor dari seluruh DPC LBS se-Bali dan Banyuwangi, serta melibatkan partisipasi dari ormas undangan seperti Baladika dan Aliansi Bali Angunggah Shanti.
“Ini bukan pertama kalinya kami berbuat. Aksi kepedulian seperti ini adalah wujud nyata implementasi Tri Hita Karana yang menjadi landasan kami,” ujar Giriawan saat dikonfirmasi.
Giriawan menambahkan, gerakan kemanusiaan akan berlanjut pada 12 Oktober 2025. Pada tanggal tersebut, akan dilaksanakan Gerakan Peduli Kemanusiaan secara serentak di seluruh Bali dan Banyuwangi, dengan fokus mengunjungi panti-panti asuhan serta dari rumah ke rumah untuk berbagi kasih kepada saudara kita yang kurang mampu dan penyandang disabilitas.
Sementara itu, Ketua Panitia HUT, I Ketut Artana Yasa, S.Par mengungkapkan bahwa puncak perayaan HUT pada 23 Oktober sengaja dirancang sederhana sebagai bentuk empati terhadap kondisi Bali yang belum lama ini berduka akibat bencana banjir.
“Sesuai arahan Ketua Dewan Pengawas, puncak acara akan kami pusatkan dengan persembahyangan bersama di Candi Narmada. Setelah itu, dilanjutkan dengan penyerahan bantuan kepada jro mangku setempat dan pemotongan tumpeng sebagai simbol rasa syukur,” jelas Artana Yasa.
Secara terpisah, Ketua Dewan Pendiri Laskar Bali Shanti, A.A Ketut Suma Widana, S.H. (Jik Suma), menegaskan kembali filosofi organisasi. Menurutnya, LBS adalah ormas lokal berizin nasional yang berlandaskan konsep tatwa untuk mengawal keyakinan Hindu Bali dan Hindu Nusantara.
“Konsep kami jelas, 60 persen bergerak di bidang religius dan 40 persen di bidang sosial. Ke depan, orientasi kami tetap pada mulat sarira (introspeksi diri) demi menjaga persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan Bali yang shanti dan jagadhita,” pungkas Jik Suma. ***