Kajeng Kliwon Enyitan, Makna dan Penjelasan Singkatnya
MANGUPURA, MEDIABADUNG.COM – Kajeng Kliwon Enyitan merupakan salah satu dari tiga jenis perayaan Kajeng Kliwon dalam kalender tradisional Bali, yang terjadi setiap 15 hari.
Perayaan ini jatuh setelah fase bulan mati atau Tilem. Hari ini dipercaya sebagai waktu untuk menetralisir energi negatif dan memperkuat harmoni antara manusia dan alam semesta.
Makna dan Filosofi
Kajeng Kliwon merupakan pertemuan antara elemen “Kajeng” (tajam) dari Triwara dan “Kliwon” dari Pancawara, yang menciptakan momen sakral dengan energi dualitas alam semesta.
Energi ini mencerminkan keseimbangan antara kekuatan positif (Praverti) dan negatif (Niwerti), yang dipercaya memengaruhi pikiran, emosi, dan tindakan manusia.
Pada hari ini, umat Hindu berupaya mencapai keharmonisan dalam Bhuwana Agung (alam semesta besar) dan Bhuwana Alit (alam semesta kecil, tubuh manusia).
Ritual dan Persembahan
- Segehan Blabaran: Persembahan sederhana berupa nasi, lauk-pauk, dan bunga yang ditujukan kepada roh dan makhluk halus. Ini dilakukan untuk menetralisir energi negatif.
- Tipat Dampulan: Banten (persembahan) utama yang terdiri dari ketupat dampulan, telur rebus, serta dekorasi bunga dan dedaunan. Ini ditujukan kepada para Dewa dan alam atas.
- Meditasi dan Melukat: Banyak umat Hindu memanfaatkan hari ini untuk introspeksi diri dan melakukan upacara penyucian seperti melukat, baik secara individu maupun kolektif.
Larangan dan Dewasa Ayu
Pada hari ini, beberapa pantangan juga diberlakukan, seperti tidak menancapkan paku atau melakukan aktivitas yang dapat memengaruhi keseimbangan energi.
Hal ini dipercaya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan atau spiritual. Kemudian banyak yang menggunakan kajeng kliwon sebagai dewasa ayu untuk melakukan tradisi melukat.
Kesakralan Kajeng Kliwon
Kajeng Kliwon, khususnya Enyitan, menjadi waktu untuk memperkuat ikatan spiritual melalui ritual Bhuta Yadnya. Ini adalah wujud penghormatan kepada kekuatan alam untuk menciptakan keseimbangan energi, yang menjadi fondasi kehidupan harmonis bagi umat Hindu di Bali.
Melalui ritual ini, umat Hindu tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga menjaga harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. ***